Setiap manusia pastinya melewati berbagai tahap dalam kehidupannya, mulai dari balita, anak-anak, remaja, dewasa, lanjut usia atau yang biasa disebut dengan lansia, dan kemudian sampai pada tahap yang terakhir yakni meninggal dunia. Ketika manusia telah sampai pada tahap dewasa, ia mulai mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri dan nantinya juga akan mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Jika manusia sudah merasa dirinya mulai bisa mencukupi kebutuhan hidupnya, biasanya ia mulai berpikir tentang pernikahan.
Pernikahan merupakan hal yang diinginkan setiap orang dan juga dianggap sangat sakral atau suci yang dilakukan sekali dalam seumur hidup sehingga terkadang pernikahan diartikan sebagai sebuah perayaan cinta dimana dalam peristiwa tersebut terjadi pengukuhan hubungan antara dua insan, baik secara agama maupun hukum. Pernikahan juga merupakan suatu rencana untuk meneruskan keturunan dari manusia itu sendiri. Secara umum pernikahan merupakan penggabungan antara seorang pria dan seorang wanita untuk membentuk sebuah rumah tangga. Tak hanya menggabungkan laki-laki dengan wanita saja, melainkan juga menggabungkan dua keluarga, yakni keluarga dari mempelai pria dan wanita.
Setiap manusia pastinya mempunyai suatu wedding dream atau pernikahan impian mereka masing-masing. Entah dilakukan secara tradisional atau pun modern, secara rahasia atau pun terbuka, secara meriah atau pun sederhana, dan lain sebagainya. Pernikahan pada setiap negara juga mempunyai ciri khasnya tersendiri. Upacara pernikahan merupakan suatu tahapan acara yang dilaksanakan mulai dari awal sampai akhir pesta pernikahan, yang mana di dalamnya mengandung unsur-unsur ritual dan nilai-nilai. Upacara pernikahan pada setiap negara pun berbeda-beda dan tentunya memiliki keunikan tersendiri, contohnya di Jepang.
Di Jepang, perkawinan dikenal dengan istilah Kekkon ( 結婚 ). Ada tiga upacara pernikahan yang terkenal di Jepang, yakni:
- Shinzen Kekkon Shiki, merupakan pernikahan yang dilaksanakan berdasarkan agama Shinto.
- Butsuzen Kekkon Shiki, merupakan pernikahan yang dilaksanakan berdasarkan agama Buddha.
- Kirisuto Kekkon Shiki, merupakan pernikahan yang dilaksanakan berdasarkan agama Kristen.
Pada era ini, terdapat dua cara pernikahan yang sering dilakukan oleh masyarakat Jepang, yakni pernikahan secara modern yang dilangsungkan di Gereja dengan sistem agama Kristen dan pernikahan secara tradisional yang diadakan di kuil Shinto dengan sistem agama Shinto. Masyarakat tradisional lebih sering melangsungkan pernikahan dengan sistem berdasarkan agama Shinto.
Pada pernikahan tradisional Jepang, pernikahan sebaiknya diadakan pada musim semi dan musim gugur. Kedua musim ini dianggap sebagai hari baik untuk melaksanakan sebuah pernikahan. Sebagian besar masyarakat Jepang masih percaya dengan kalender Jepang yang menerangkan hari baik dan hari buruk.
Upacara pernikahan secara tradisional di Jepang biasa disebut dengan Shinzenshiki (神前式). Upacara pernikahan tradisional ini melalui tiga tahapan. Tahapan-tahapan dalam upacara pernikahan tradisional Jepang adalah sebagai berikut:
Upacara Pernikahan Miai to Nakoudo (見合いと仲人)
Proses pernikahan ada dua macam, yaitu “miai kekkon” (pernikahan berdasarkan perjodohan) dan “ren’ai kekkon” (pernikahan berdasarkan cinta). Miai merupakan pertemuan antara satu keluarga dengan keluarga lainnya dengan tujuan untuk mencari jodoh dan menikah. Nakoudo sendiri merupakan seorang perantara yang mengatur jalannya proses Miai. Budaya ini masih dipegang teguh oleh para orang tua di Jepang karena keresahan mereka akan masa depan anaknya. Ketika anak perempuan sudah mencapai usia pernikahan, para orang tua menganjurkan mereka untuk mengambil foto miai di studio. Ada orang yang mengambil dua lembar foto setengah badan dan seluruh badan, tapi ada juga yang seluruh badan saja. Biasanya, mereka memakai kimono, tetapi ada juga yang menggunakan pakaian alat Barat.
Urutan pelaksanaan pada Miai to Nakoudo sendiri adalah sebagai berikut:
- Anak perempuan mengisi data pribadi tentang dirinya
- Keluarga dan kerabat dekat tertulis di informasi personal itu (tsurisho / tsurigaki)
- Sejarah maupun detail pribadi dari si anak perempuan diserahkan ke nakoudo
- Jika nakoudo ini punya pemuda yang cocok, dia akan menunjukkan foto itu ke si anak perempuan dan memberitahukan informasi tentang dia dan keluarganya. Begitu pun sebaliknya. Jika akhirnya mereka berpikiran untuk bertemu, maka sudah bisa dihitung sebagai Miai.
Miai dilaksanakan di rumah Nakodou, namun bisa juga dilaksanakan di restoran atau tempat-tempat serupa. Jika tidak ada kenalan yang dapat dimintai tolong untuk menjadi seorang Nakoudo, mereka biasanya menggunakan jasa pusat konseling pernikahan.
Pada zaman Edo, laki-laki mengunjungi rumah si perempuan dan si perempuan membawa teh dan manisan, kemudian duduk ke tempatnya. Cara ini sering dilakukan, tapi saat Zaman Meiji, penggunaan teater dan konser jadi lebih populer.
Dalam pelaksanaannya, ada orang yang menolak Miai, tapi kalau kedua pihak berkeinginan mengetahui satu sama lain lebih baik, mereka mencoba kencan untuk sesaat. Kemudian hasilnya akan diberitahu oleh nakoudo. Namun bila kedua pihak sama-sama berpikir setuju untuk menikah, maka mereka bisa dikatakan telah bertunangan.
Upacara Pernikahan Yuinou (結納)
Yuinou adalah nama pertunangan tradisional jepang. Tradisi ini berasal dari China dan Korea. Tetapi sekarang kebanyakan yang melakukan pertunangan ala Barat. Dalam prosesi pelaksanaan Yuinou ini sendiri, dulu apabila akan menikah, calon pria akan datang ke rumah calon perempuan dengan membawa sake dan ikan. Kemudian mereka berdua bersama dengan orang rumah minum sake dan makan ikan sama-sama, dan ini merupakan upacara yang berarti menghubungkan dua keluarga. Sake dan ikan ini disebut “ yui no mono” kemudian berubah menjadi “yuinou”. Namun pada masa kini tidak hanya sake dan ikan melainkan dapat berupa uang.
Barang-barang yang diperlukan saat prosesi Yuinou disebut dengan Yunagama yang didalamnya meliputi:
- Noshi atau kerang abalone yang sering digunakan di Jepang sebagai kerajinan tangan dan melambangkan umur panjang. Biasa diberikan untuk hadiah perayaan.
- Sensu atau kipas lipat yang melambangkan kebahagian dan masa depan yang lebih baik.
- Asa ito atau kumparan benang rami yang melambangkan harapan agar pasangan tersebut dapat terus bersama hingga tua.
- Konbu atau rumput laut kering yang melambangkan kesuburan, dengan harapan pasangan tersebut berbahagia.
- Surume atau ikan kering yang melambangkan harapan agar pernikahan tersebut dapat bertahan lama.
- Katsuobushi atau ikan bonito kering yang melambangkan harapan agar pernikahannya dapat bertahan lama.
- Yanagidaru atau tempat penyimpanan sake yang terbuat dari pohon willow. ini melambangkan kepatuhan dalam pernikahan.
- Kinbou atau dompet yang didalamnya dimasuki uang yuinou dan ditulis “on obiryou” di atasnya. Jumlahnya biasanya 2-3 kali dari gaji bulanan calon laki-laki.
- Mokuraku atau daftar barang yang diberikan saat Yuino
Kemudian pihak calon perempuan menerima benda-benda ini dan menyimpannya di toko no ma. Kemudian mereka memohon kepada calon laki-laki untuk menyerahkan yuinou dari pihak perempuan dan pada kinbou ditulis “on hakamaryou” atau uang hakama yang jumlahnya setengah dari jumlah ‘obiryou’. Tetapi pada zaman sekarang, uang hakamaryou adalah 1/5 dari obiryou.
Upacara Pernikahan Kekkon Shiki to Hirouen (結婚式と披露宴)
Saat ini banyak masyarakat Jepang menikah di tempat khusus upacara pernikahan atau hotel. Di Tokyo, untuk memesan tempat upacara pernikahan harus 6 bulan sebelum hari upacara dilaksanakan. Biasanya, jarak antara pertunangan dengan upacara pernikahan yakni 9 bulan lamanya. Orang Jepang biasanya mengadakan upacara pernikahan di altar. Upacara pernikahan di altar ini sendiri sudah dikenal sejak tahun 33 Meiji atau 1900 Masehi.
Pada pagi hari sebelum upacara pernikahan dilaksanakan, calon pengantin perempuan pergi mengunjungi kuil dan memberikan salam perpisahan pada ujigami, kemudian kepada kamidana serta butsudan. Kemudian pada malam harinya, keluarga dari calon pengantin perempuan berkumpul dan melakukan pesta perpisahan.
Esok harinya yakni perayaan pernikahan di altar yang menghadiri upacara biasanya hanya pengantin pria dan wanita, nakoudo, keluarga dan sanak saudara saja, kemudian Pendeta Shinto melakukan ritual membaca doa dengan menghadap ke Tuhan/ Dewa lalu Pengantin pria mengucapkan sumpah. Diantara pengantin pria dan wanita diletakkan 3 cangkir sake yang dibawah oleh penjaga kuil perempuan atau ‘miko’ dan mereka kemudian bertukar cangkir sake pernikahan 3 kali atau san san ku do secara bergantian pria-wanita-pria dan seterusnya.
- Cangkir yang pertama yakni cangkir yang kecil, diambil berurutan oleh laki-laki, perempuan, laki-laki.
- Cangkir kedua yakni cangkir sedang. Cangkir ini diambil berurutan oleh perempuan, laki-laki, perempuan.
- Cangkir yang ketiga, yakni cangkir yang paling besar. Pada saat ini diambil berurutan oleh laki-laki, perempuan, laki-laki.
Setelah san san ku do selesai, mempelai pria dan wanita kemudia meminum sake yang dituangkan oleh miko. Setelah itu semua selesai, mereka membagikan cangkir yang berisi sake kepada seluruh keluarga sebagai tanda bahwa kedua keluarga tersebut telah menjadi satu.
Setelah perayaan kekkonshiki di atas, kemudian mereka melanjutkan acara resepsi pernikahan atau ‘hirouen’. Acara ini umumnya dilakukan di hotel atau Gedung khusus pernikahan. Pada acara ini biasanya hanya dihadiri oleh 50 orang saja. Urutan acara pada hirouen adalah:
- Pembukaan, diisi dengan pidato yang disampaikan oleh nakoudo.
- Penyampaian ucapan selamat oleh tamu kehormatan.
- Pemotongan kue pernikahan oleh pengantin.
- Makan-makan. Pada saat ini biasanya ada ucapan selamat dari teman-teman pengantin yang menghadiri acara resepsi.
- Pada pertengahan acara, pengantin berganti pakaian. Ini disebut dengan ‘oiro naoshi’.
- Acara terakhir yakni penyampaian ucapan selamat oleh perwakilan keluarga. Biasanya yang disampaikan adalah ucapan terima kasih kepada pada undangan yang telah menghadiri acara resepsi ini.
- Pembagian souvenir pernikahan sebagai kenang-kenangan atau biasa disebut dengan ‘Hikidemono’. Di dalam Hikidemono biasanya berisi Sujeo atau satu set alat makan yang terdiri dari sendok dan sumpit. Dalam adat Jepang, Sujeo memiliki makna kehidupan yang makmur.
Setelah berbagai rangkaian pernikahan usai, masih ada upacara lain yang dilaksanakan. Upacara tersebut yakni:
Upacara Pernikahan Nyuukashiki (入家式)
Biasanya setelah rangkaian acara pernikahan selesai, pengantin perempuan berpindah ke keluarga suami. Ketika pengantin perempuan keluar dari rumah, dinyalakan api di depan pintu gerbang rumah. Kemudian ia harus memecahkan mangkuk yang selama ini ia gunakan. Ritual ini bermakna diharapkannya sang pengantin perempuan tidak kembali ke rumahnya. Prosesi ini tidak harus dilakukan di rumah pengantin perempuan, tetapi boleh juga dilaksanakan di rumah keluarga pengantin laki-laki. Pada upacara ini pengantin laki-laki menjemput pengantin perempuan dan mengajak masuk ke rumah keluarga pengantin laki-laki. Lalu sang pengantin perempuan ini harus mengelilingi pintu masuk, dan pada saat ini dilaksanakannya upacara Nyuukashiki.
Nyuukashiki merupakan upacara untuk menyambut masuknya istri ke keluarga suami. Upacara ini dianggap sama dengan upacara kelahiran anak pengantin perempuan mendapatkan roh baru dari ujigami keluarga suami. Setelah melakukan upacara ini, pengantin perempuan dianggap sudah menjadi salah satu anggota keluarga pengantin laki-laki.
Shinzoku Gatame no Sakazuki(親族固めの盃)
Pesta pertukaran cangkir sake yang dilakukan oleh keluarga suami dan keluarga istri setelah pernikahan disebut dengan Shinzoku gatame no sakazuki. Ritual ini bertujuan untuk mempererat hubungan keluarga istri dengan keluarga suami.
Pada mulanya, ritual ini hanya dilakukan oleh pengantin perempuan dengan ibu mertuanya saja. Tetapi sekarang ritual ini sudah termasuk dalam ritual yang ada pada upacara pernikahan Shinto, namun biasanya ritual ini dilaksanakan sebelum pesta resepsi pernikahan.
Demikian dahulu artikel terkait tentang upacara pernikahan di Jepang, selain dalam artikel ini nakama pongo juga bisa membaca artikel terkait upacara pernikahan di Jepang dalam website wikipedia melalui link berikut dan juga bisa baca artikel lainnya yang menarik terkait Upacara Kedewasaan di Jepang melalui situs website dengan link berikut
Setiap manusia pastinya melewati berbagai tahap dalam kehidupannya, mulai dari balita, anak-anak, remaja, dewasa, lanjut usia atau yang biasa disebut dengan lansia, dan kemudian sampai pada tahap yang terakhir yakni meninggal dunia. Ketika manusia telah sampai pada tahap dewasa, ia mulai mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri dan nantinya juga akan mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Jika manusia sudah merasa dirinya mulai bisa mencukupi kebutuhan hidupnya, biasanya ia mulai berpikir tentang pernikahan.
Pernikahan merupakan hal yang diinginkan setiap orang dan juga dianggap sangat sakral atau suci yang dilakukan sekali dalam seumur hidup sehingga terkadang pernikahan diartikan sebagai sebuah perayaan cinta dimana dalam peristiwa tersebut terjadi pengukuhan hubungan antara dua insan, baik secara agama maupun hukum. Pernikahan juga merupakan suatu rencana untuk meneruskan keturunan dari manusia itu sendiri. Secara umum pernikahan merupakan penggabungan antara seorang pria dan seorang wanita untuk membentuk sebuah rumah tangga. Tak hanya menggabungkan laki-laki dengan wanita saja, melainkan juga menggabungkan dua keluarga, yakni keluarga dari mempelai pria dan wanita.
Setiap manusia pastinya mempunyai suatu wedding dream atau pernikahan impian mereka masing-masing. Entah dilakukan secara tradisional atau pun modern, secara rahasia atau pun terbuka, secara meriah atau pun sederhana, dan lain sebagainya. Pernikahan pada setiap negara juga mempunyai ciri khasnya tersendiri. Upacara pernikahan merupakan suatu tahapan acara yang dilaksanakan mulai dari awal sampai akhir pesta pernikahan, yang mana di dalamnya mengandung unsur-unsur ritual dan nilai-nilai. Upacara pernikahan pada setiap negara pun berbeda-beda dan tentunya memiliki keunikan tersendiri, contohnya di Jepang.
Di Jepang, perkawinan dikenal dengan istilah Kekkon ( 結婚 ). Ada tiga upacara pernikahan yang terkenal di Jepang, yakni:
Pada era ini, terdapat dua cara pernikahan yang sering dilakukan oleh masyarakat Jepang, yakni pernikahan secara modern yang dilangsungkan di Gereja dengan sistem agama Kristen dan pernikahan secara tradisional yang diadakan di kuil Shinto dengan sistem agama Shinto. Masyarakat tradisional lebih sering melangsungkan pernikahan dengan sistem berdasarkan agama Shinto.
Pada pernikahan tradisional Jepang, pernikahan sebaiknya diadakan pada musim semi dan musim gugur. Kedua musim ini dianggap sebagai hari baik untuk melaksanakan sebuah pernikahan. Sebagian besar masyarakat Jepang masih percaya dengan kalender Jepang yang menerangkan hari baik dan hari buruk.
Upacara pernikahan secara tradisional di Jepang biasa disebut dengan Shinzenshiki (神前式). Upacara pernikahan tradisional ini melalui tiga tahapan. Tahapan-tahapan dalam upacara pernikahan tradisional Jepang adalah sebagai berikut:
Upacara Pernikahan Miai to Nakoudo (見合いと仲人)
Proses pernikahan ada dua macam, yaitu “miai kekkon” (pernikahan berdasarkan perjodohan) dan “ren’ai kekkon” (pernikahan berdasarkan cinta). Miai merupakan pertemuan antara satu keluarga dengan keluarga lainnya dengan tujuan untuk mencari jodoh dan menikah. Nakoudo sendiri merupakan seorang perantara yang mengatur jalannya proses Miai. Budaya ini masih dipegang teguh oleh para orang tua di Jepang karena keresahan mereka akan masa depan anaknya. Ketika anak perempuan sudah mencapai usia pernikahan, para orang tua menganjurkan mereka untuk mengambil foto miai di studio. Ada orang yang mengambil dua lembar foto setengah badan dan seluruh badan, tapi ada juga yang seluruh badan saja. Biasanya, mereka memakai kimono, tetapi ada juga yang menggunakan pakaian alat Barat.
Urutan pelaksanaan pada Miai to Nakoudo sendiri adalah sebagai berikut:
Miai dilaksanakan di rumah Nakodou, namun bisa juga dilaksanakan di restoran atau tempat-tempat serupa. Jika tidak ada kenalan yang dapat dimintai tolong untuk menjadi seorang Nakoudo, mereka biasanya menggunakan jasa pusat konseling pernikahan.
Pada zaman Edo, laki-laki mengunjungi rumah si perempuan dan si perempuan membawa teh dan manisan, kemudian duduk ke tempatnya. Cara ini sering dilakukan, tapi saat Zaman Meiji, penggunaan teater dan konser jadi lebih populer.
Dalam pelaksanaannya, ada orang yang menolak Miai, tapi kalau kedua pihak berkeinginan mengetahui satu sama lain lebih baik, mereka mencoba kencan untuk sesaat. Kemudian hasilnya akan diberitahu oleh nakoudo. Namun bila kedua pihak sama-sama berpikir setuju untuk menikah, maka mereka bisa dikatakan telah bertunangan.
Upacara Pernikahan Yuinou (結納)
Yuinou adalah nama pertunangan tradisional jepang. Tradisi ini berasal dari China dan Korea. Tetapi sekarang kebanyakan yang melakukan pertunangan ala Barat. Dalam prosesi pelaksanaan Yuinou ini sendiri, dulu apabila akan menikah, calon pria akan datang ke rumah calon perempuan dengan membawa sake dan ikan. Kemudian mereka berdua bersama dengan orang rumah minum sake dan makan ikan sama-sama, dan ini merupakan upacara yang berarti menghubungkan dua keluarga. Sake dan ikan ini disebut “ yui no mono” kemudian berubah menjadi “yuinou”. Namun pada masa kini tidak hanya sake dan ikan melainkan dapat berupa uang.
Barang-barang yang diperlukan saat prosesi Yuinou disebut dengan Yunagama yang didalamnya meliputi:
Kemudian pihak calon perempuan menerima benda-benda ini dan menyimpannya di toko no ma. Kemudian mereka memohon kepada calon laki-laki untuk menyerahkan yuinou dari pihak perempuan dan pada kinbou ditulis “on hakamaryou” atau uang hakama yang jumlahnya setengah dari jumlah ‘obiryou’. Tetapi pada zaman sekarang, uang hakamaryou adalah 1/5 dari obiryou.
Upacara Pernikahan Kekkon Shiki to Hirouen (結婚式と披露宴)
Saat ini banyak masyarakat Jepang menikah di tempat khusus upacara pernikahan atau hotel. Di Tokyo, untuk memesan tempat upacara pernikahan harus 6 bulan sebelum hari upacara dilaksanakan. Biasanya, jarak antara pertunangan dengan upacara pernikahan yakni 9 bulan lamanya. Orang Jepang biasanya mengadakan upacara pernikahan di altar. Upacara pernikahan di altar ini sendiri sudah dikenal sejak tahun 33 Meiji atau 1900 Masehi.
Pada pagi hari sebelum upacara pernikahan dilaksanakan, calon pengantin perempuan pergi mengunjungi kuil dan memberikan salam perpisahan pada ujigami, kemudian kepada kamidana serta butsudan. Kemudian pada malam harinya, keluarga dari calon pengantin perempuan berkumpul dan melakukan pesta perpisahan.
Esok harinya yakni perayaan pernikahan di altar yang menghadiri upacara biasanya hanya pengantin pria dan wanita, nakoudo, keluarga dan sanak saudara saja, kemudian Pendeta Shinto melakukan ritual membaca doa dengan menghadap ke Tuhan/ Dewa lalu Pengantin pria mengucapkan sumpah. Diantara pengantin pria dan wanita diletakkan 3 cangkir sake yang dibawah oleh penjaga kuil perempuan atau ‘miko’ dan mereka kemudian bertukar cangkir sake pernikahan 3 kali atau san san ku do secara bergantian pria-wanita-pria dan seterusnya.
Setelah san san ku do selesai, mempelai pria dan wanita kemudia meminum sake yang dituangkan oleh miko. Setelah itu semua selesai, mereka membagikan cangkir yang berisi sake kepada seluruh keluarga sebagai tanda bahwa kedua keluarga tersebut telah menjadi satu.
Setelah perayaan kekkonshiki di atas, kemudian mereka melanjutkan acara resepsi pernikahan atau ‘hirouen’. Acara ini umumnya dilakukan di hotel atau Gedung khusus pernikahan. Pada acara ini biasanya hanya dihadiri oleh 50 orang saja. Urutan acara pada hirouen adalah:
Setelah berbagai rangkaian pernikahan usai, masih ada upacara lain yang dilaksanakan. Upacara tersebut yakni:
Upacara Pernikahan Nyuukashiki (入家式)
Biasanya setelah rangkaian acara pernikahan selesai, pengantin perempuan berpindah ke keluarga suami. Ketika pengantin perempuan keluar dari rumah, dinyalakan api di depan pintu gerbang rumah. Kemudian ia harus memecahkan mangkuk yang selama ini ia gunakan. Ritual ini bermakna diharapkannya sang pengantin perempuan tidak kembali ke rumahnya. Prosesi ini tidak harus dilakukan di rumah pengantin perempuan, tetapi boleh juga dilaksanakan di rumah keluarga pengantin laki-laki. Pada upacara ini pengantin laki-laki menjemput pengantin perempuan dan mengajak masuk ke rumah keluarga pengantin laki-laki. Lalu sang pengantin perempuan ini harus mengelilingi pintu masuk, dan pada saat ini dilaksanakannya upacara Nyuukashiki.
Nyuukashiki merupakan upacara untuk menyambut masuknya istri ke keluarga suami. Upacara ini dianggap sama dengan upacara kelahiran anak pengantin perempuan mendapatkan roh baru dari ujigami keluarga suami. Setelah melakukan upacara ini, pengantin perempuan dianggap sudah menjadi salah satu anggota keluarga pengantin laki-laki.
Shinzoku Gatame no Sakazuki(親族固めの盃)
Pesta pertukaran cangkir sake yang dilakukan oleh keluarga suami dan keluarga istri setelah pernikahan disebut dengan Shinzoku gatame no sakazuki. Ritual ini bertujuan untuk mempererat hubungan keluarga istri dengan keluarga suami.
Pada mulanya, ritual ini hanya dilakukan oleh pengantin perempuan dengan ibu mertuanya saja. Tetapi sekarang ritual ini sudah termasuk dalam ritual yang ada pada upacara pernikahan Shinto, namun biasanya ritual ini dilaksanakan sebelum pesta resepsi pernikahan.
Demikian dahulu artikel terkait tentang upacara pernikahan di Jepang, selain dalam artikel ini nakama pongo juga bisa membaca artikel terkait upacara pernikahan di Jepang dalam website wikipedia melalui link berikut dan juga bisa baca artikel lainnya yang menarik terkait Upacara Kedewasaan di Jepang melalui situs website dengan link berikut
Budaya Antre Negeri Sakura Patut Di Tiru
Budaya antre adalah suatu hal dan sifat yang harus ditanam sejak dini, karena pada saat ini kita sering sekali melihat di beberapa kesempatan masyarakat tidak mau lagi mengantre. Semuanya ingin . Baca Selanjutnya
Continue Reading
Perbedaan Geisha dan Maiko
Nakama pongo mungkin sudah paham apa itu geisha bukan? Jika ada yang belum memahami arti geisha sesungguhnya nakama pongo bisa membaca langsung melalui website pada link berikut yang membahas tentang. Baca Selanjutnya
Continue Reading
Istri Bangga Suami Pernah Di Layanani Geisha
Geisha merupakan julukan yang disematkan kepada wanita yang bekerja sebagai pekerja seni tradisional di Jepang. Seorang geisha menjalani pelatihan yang sangat ketat. Satu lagi tradisi unik asal Negara Jepang, geisha.. Baca Selanjutnya
Continue Reading
“Samurai” orang atau pedang?
Nakama pongo pernah dengar “samurai” bukan? Samurai sangat terkenal di seluruh dunia, namun masih banyak orang Indonesia yang salah pengertian tentang samurai. Banyak orang Indonesia yang mengira bahwa pedang panjang. Baca Selanjutnya
Continue Reading