pemakaman di Jepang

Pemakaman atau soushiki (葬式) di Jepang biasanya berpusat pada adat Budha. Tepat setelah meninggalnya orang tercinta, keluarga akan mengadakan upacara pemakaman di kuil, aula pemakaman, atau di rumah orang yang telah meninggal selama dua hari berturut-turut. Mendengar kata kematian mungkin menyeramkan ditelinga nakama pongo bukan, namun kematian merupakan hal yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan manusia dan ketika saat sudah tiba, upacara yang sakral pun biasanya dilakukan menurut tata cara masing-masing. Seperti halnya pada budaya lain, upacara pemakaman merupakan hal penting dalam budaya Jepang. Pada umumnya, upacara pemakaman di Jepang dilangsungkan dengan tata cara Buddha dan biasanya jenazah tidak dikubur, melainkan dikremasi.

 

Zaman sekarang di Indonesia juga sudah mulai banyak masyarakat mempercayai menggunakan jasa kremasi saat akan melakukan upacara kematian, karena masyarakat merasakan menggunakan kremasi lebih mudah dan cepat melaksanakan upacara kematian. Pihak keluarga yang ditinggalkan terutama tidak merasa berat terutama warga hindu yang biasa mempersiapkan upacara kematian selama 1 bulan lebih sampai tidak tidur karena membuat banten yang banyak, namun zaman sekarang yang serba praktis untuk melaksanakan upacara kematian dengan membawa jenazah ke krematorium dengan banten kematian yang sangat lengkap sudah disiapkan juga oleh pihak krematorium.

 

Berikut adalah gambaran mengenai upacara pemakaman di Jepang dan apa saja yang harus kita ketahui jika kita menghadiri upacara pemakaman di Jepang. Bagaimana upacara pemakaman yang dilakukan orang Jepang? Upacara pemakaman di Jepang dibagi menjadi dua, yaitu Otsuya dan Ososhiki.

 

Upacara Pemakaman Otsuya

Pemakaman otsuya

Otsuya adalah upacara di mana keluarga, kerabat dan teman-teman almarhum berkumpul untuk memberikan penghormatan terakhir dan mempersembahkan dupa. Biksu Buddha akan membacakan kitab sutra dan mempersembahkan dupa di hadapan jenazah almarhum.

 

Upacara Pemakaman Ososhiki

ososhiki

Ososhiki adalah upacara pemakaman yang terbagi menjadi beberapa upacara. Rangkaian upacara ini dimulai satu hari setelah Otsuya dengan upacara Sougi, di mana isi upacara ini mirip dengan Otsuya. Setelah itu, upacara dilanjutkan dengan Kokubetsushiki, di mana kenalan pihak yang ditunggalkan memberikan penghormatan terakhir pada almarhum. Upacara terakhir adalah upacara kremasi. Upacara ini hanya dilakukan oleh keluarga almarhum.

 

Pakaian Saat Datang Ke Upacara Kematian

Pakaian ke pemakaman di Jepang

Dalam upacara kematian di Jepang penampilan tetap diperhatikan dan juga memiliki aturan saat menghadiri upacara kematian. Pakaian untuk pria dan wanita juga di perhitungkan. Berikut akan dipaparkan pakaian pria dan wanita saat menghadiri acara kematian di Jepang.

 

Pakaian Pria

Pakaian yang dikenakan  pria saat menghadiri upacara kematian di Jepang, yaitu mengenakan jas hitam dengan kemeja putih, dasi hitam dan tanpa pin. Sepatu, sabuk dan kaus kaki yang dikenakan pun harus hitam.

 

Pakaian Wanita

Pakaian yang dikenakan wanita saat menghadiri upacara kematian di Jepang, yaitu mengenakan dress atau kimono formal warna hitam. Tas, sepatu, dan sebagainya pun berwarna hitam. Hindarilah barang yang mengkilap, kulit, maupun bulu, meskipun tas dan sepatu kulit boleh dipakai. Jangan gunakan aksesoris selain cincin kawin dan  seuntai kalung mutiara (jika ada). Pada saat upacara kematian Otsuya, pakaian yang dikenakan boleh berwarna biru gelap atau abu-abu.

 

Kebiasaan-Kebiasaan di Acara Pemakaman

Saat acara pemakaman juga terdapat kebiasaan-kebiasaan upacara yang dilakukan. Berikut akan dijelaskan secara terinci sampai cara melakukannya.

 

Persembahan Dupa

Berikut tata cara melakukan persembahan dupa kepada almarhum.

 

  • Maju ke depan altar dan membungkuklah pada kerabat almarhum.
  • Maju ke hadapan altar dan membungkuklah dalam-dalam.
  • Majulah selangkah ke depan untuk mempesembahkan dupa.
  • Setelah selesai, pertemukan kedua tangan anda ke posisi berdoa, menundukkan kepala kalian dikit.
  • Mundurlah satu langkah ke belakang dan membungkuk dalam-dalam sebelum kembali ke tempat duduk kalian.

 

Okoden/ Uang duka

okoden

Okoden adalah uang duka yang diberikan pelayat kepada keluarga almarhum. Okoden diberikan dengan tujuan membantu meringankan beban biaya yang ditanggung keluarga almarhum.

 

  • Jangan gunakan uang baru untuk uang duka.
  • Jumlah uang yang harus diberikan bervariasi tergantung kedekatan dengan almarhum. 5000-10.000 yen adalah jumlah yang umum untuk teman/kolega.
  • Hindarilah angka 4 dan 9 pada pemakaman, karena 4 dalam bahasa Jepang dibaca “shi”yang bunyinya sama dengan mati, dan 9 dapat dibaca “ku”, yang bisa merujuk ke “kurushii” atau menderita.
  • Gunakanlah amplop dengan pita hitam dan putih khusus untuk Okoden.

 

Memperhatikan Perilaku yang Tepat

Seperti negara lainnya, tamu akan memberikan simpati kepada keluarga yang ditinggalkan. Untuk mengucapkan belasungkawa dalam bahasa Jepang, orang biasa mengatakan “Kono tabi wa makoto ni goshushosama desu,” atau “Okuyami moshiagemasu.”

 

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, biksu Budha akan melantunkan doa, dimana tamu diharapkan untuk mendengar, tenang, dan diam. Beberapa tamu mungkin diminta untuk berdoa dan menyalakan dupa.

Bahkan, ketika diminta untuk bergabung dengan keluarga untuk makan atau minum, tamu harus menerima undangannya. Jangan makan dengan berlebihan dan mengganggapnya sebagai perayaan atau pesta. Sebagai tambahan, saat bersulang gunakan kata “kenpai” bukan “kanpai,” yang biasanya dikatakan saat bersulang pada acara yang menggembirakan.

 

Menaruh perhatian pada adat istiadat di pemakaman adalah salah satu hal penting yang harus kita lakukan, terutama di Jepang dimana etiket sangat diperhatikan. Norma ini penting untuk diikuti, begitu juga memberikan belasungkawa kita kepada keluarga yang ditinggalkan. Karena setiap negara memiliki pandangan dan kebiasaan yang berbeda tentang kematian, janganlah malu untuk bertanya pada orang setempat dan lakukan tata kerama yang sepantasnya. Intinya, pemakaman merupakan upacara yang serius sehingga perlu diperlakukan dengan hormat.

Penjelasan singkat di atas tentunya belum mengupas tuntas seluruh tata cara menghadiri upacara pemakaman yang biasa dilakukan di Jepang. Jangan malu untuk bertanya kepada keluarga mendiang atau pun teman yang paham mengenai hal ini, jika suatu saat kalian harus menghadiri upacara pemakaman.

 

Demikianlah artikel terkait upacara pemakaman di Negeri Sakura Jepang yang sangat menarik dan juga banyak terdapat beberapa aturan dari segi pakaian tindakan dan hal yang lainnya. Selain itu nakama pongo juga bisa melihat artikel tentang upacara pemakaman yang lainnya di website wikipedia melalui link berikut dan juga bisa membaca artikel budaya Jepang lainnya terkait pernikahan di Jepang melalui link website berikut

Sistem Upacara Pernikahan di Jepang
Koinobori Perayaan Hari Anak Laki-Laki di Jepang

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *